Senin, 25 Mei 2015

LIMA HAL YANG MENINGKATKAN KEIMANAN

Ketahuilah, iman yang ada di dalam diri seorang hamba itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang atau bahkan hilang tanpa bekas dari diri seseorang. Al-Imam Abdurrahman bin Amr Al-Auza’i rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah. Beliau menjawab: “Betul (bertambah), sampai seperti gunung.” Lalu beliau ditanya lagi: “Apakah bisa berkurang?” Beliau menjawab: “Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun.”
Demikian pula Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ahmad bin Hambal rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan berkurang? Beliau menjawab: “Iman bertambah sampai puncak langit yang tujuh dan berkurang sampai kerak bumi yang tujuh.” Beliau juga menyatakan: “Iman itu (terdiri atas) ucapan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang. Apabila engkau mengamalkan kebajikan, maka iman akan bertambah, dan apabila engkau menyia-nyiakannya, maka iman pun akan berkurang.
Nah, inilah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu, yakni meyakini bahwa sesungguhnya iman seseorang itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Setelah kita tahu bahwa ternyata iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang mukmin untuk menjaga kualitas imannya? Al Imam Allamah Abdurrahman bin Nashr As Sa’di rahimahullah mengatakan: “Seorang mukmin yang diberi taufiq oleh Allah Ta’ala, dia senantiasa berusaha melakukan dua hal: Pertama, memurnikan keimanan dan cabang-cabangnya, dengan cara mengilmui dan mengamalkannya. Kedua, berusaha untuk menolak atau membentengi diri dari bentuk-bentuk ujian (cobaan) yang tampak maupun tersembunyi yang dapat menafikannya (menghilangkannya), membatalkannya atau mengikis keimanannya itu.” (At Taudhih wal Bayan lisy Syajarotil Iman, hal 38).
Saudaraku muslimin, ketahuilah! Ada beberapa amalan yang insya Allah akan dapat menyebabkan bertambahnya iman seseorang, di antaranya adalah:
Pertama: Membaca dan tadabbur (merenungkan atau memikirkan isi kandungan) Al Quranul Karim. Orang yang membaca, mentadabburi dan memperhatikan isi kandungan Al Quran akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang menjadikan imannya kuat dan bertambah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang orang-orang mukmin yang berbuat demikian: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah iman bereka, dan kepada Rabb mereka itulah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal [8]: 2)
Al Imam Al Ajurri rahimahullah berkata: “Barangsiapa mentadabburi Al Quran, dia akan mengenal Rabb-nya Azza wa Jalla dan mengetahui keagungan, kekuasaan dan qudrah-Nya serta ibadah yang diwajibkan atasnya. Maka dia senantiasa melakukan setiap kewajiban dan menjauhi segala sesuatu yang tidak disukai maulanya (yakni Allah Ta’ala).
Kedua: Mengenal Al Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah yang menunjukkan kesempurnaan Allah secara mutlak dari berbagai segi. Bila seorang hamba mengenal Rabbnya dengan pengetahuan yang hakiki, kemudian selamat dari jalan orang-orang yang menyimpang, sungguh ia telah diberi taufiq dalam mendapatkan tambahan iman. Karena seorang hamba bila mengenal Allah dengan jalan yang benar, dia termasuk orang yang paling kuat imannya dan ketaatannya, kuat takutnya dan muroqobahnya kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fathir [35]: 28). Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Sesungguhnya hamba yang benar-benar takut kepada Allah adalah ulama yang mengenal Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/533).
Ketiga: Memperhatikan siroh atau perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni dengan mengamati, memperhatikan dan mempelajari siroh beliau dan sifat-sifatnya yang baik serta perangainya yang mulia.
Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan: “Dari sini kalian mengetahui sangat pentingnya hamba untuk mengenal Rasul dan apa yang dibawanya, dan membenarkan pada apa yang beliau kabarkan serta mentaati apa yang beliau perintahkan. Karena tidak ada jalan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan di akhirat kecuali dengan tuntunannya. Tidak ada jalan untuk mengetahui baik dan buruk secara mendetail kecuali darinya.Maka kalau seseorang memperhatikan sifat dan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al Quran dan Al Hadits, niscaya dia akan mendapatkan manfaat dengannya, yakni ketaatannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi kuat, dan bertambah cintanya kepada beliau. Itu adalah tanda bertambahnya keimanan yang mewariskan mutaba’ah dan amalan sholih.”
Keempat: Mempraktekkan (mengamalkan) kebaikan-kebaikan agama Islam. Ketahuilah, sesungguhnya ajaran Islam itu semuanya baik, paling benar aqidahnya, paling terpuji akhlaknya, paling adil hukum-hukumnya. Dari pandangan inilah Allah menghiasi keimanan di hati seorang hamba dan membuatnya cinta kepada keimanan, sebagaimana Allah memenuhi cinta-Nya kepada pilihan-Nya, yakni Nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat QS. Al Hujurat [49]: 7)
Maka iman di hati seorang hamba adalah sesuatu yang sangat dicintai dan yang paling indah. Oleh karena itu seorang hamba akan merasakan manisnya iman yang ada di hatinya, sehingga dia akan menghiasi hatinya dengan pokok-pokok dan hakikat-hakikat keimanan, dan menghiasi anggota badannya dengan amal-amal nyata (amal sholih). (At Taudhih wal Bayan, hal 32-33)
Kelima: Membaca siroh atau perjalanan hidup Salafush Shalih. Yang dimaksud Salafush Shalih di sini adalah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orangyang mengikuti mereka dengan baik (lihat QS. At Taubah [9]: 100). Barangsiapa membaca dan memperhatikan perjalanan hidup mereka, akan mengetahui kebaikan-kebaikan mereka, akhlak-akhlak yang agung, ittiba’ mereka kepada Allah, perhatian mereka kepada iman, rasa takut mereka dari dosa, kemaksiatan, riya’ dan nifaq, juga ketaatan mereka dan bersegera dalam kebaikan, kekuatan iman mereka dan kuatnya ibadah mereka kepada Allah dan sebagainya.
Dengan memperhatikan keadaan mereka, maka iman menjadi kuat dan timbul keinginan untuk menyerupai mereka dalam segala hal. Sebagaimana ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Barangsiapa lebih serupa dengan mereka (para shahabat Rasulullah), maka dia lebih sempurna imannya.” (lihat Kitab Al Ubudiyah, hal 94). Dan tentunya, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.
Itulah beberapa amalan yang insya Allah akan dapat menyebabkan bertambahnya keimanan. Adapun hal-hal yang dapat melemahkan iman seseorang adalah sebaliknya, di antaranya: Kebodohan terhadap syari’at Islam, lalai, lupa dan berpaling dari ketaatan, melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa besar, mengikuti hawa nafsu dan sebagainya.
Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa diberi tambahan iman, dan dijauhkan dari kelemahan dan kehinaan. Wallahul musta’an.

Minggu, 24 Mei 2015

MACAM MACAM NIKMAT DAN CARA MENSYUKURINYA

يٰٓاَ يُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا کُلُوۡا مِنۡ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقۡنٰكُمۡ وَاشۡكُرُوۡا لِلّٰهِ اِنۡ کُنۡتُمۡ اِيَّاهُ تَعۡبُدُوۡنَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (Q.S. Al Baqarah: 172).

Macam macam Nikmat

1.     Nikmat Fitriyah.
Nikmat Fitriyah adalah nikmat yang ada pada diri kita atau personal kita. Misal: Allah memberikan kita hidup ini, tangan, kaki, wajah yang menawan, mata, telinga dan anggota tubuh yang lain. Ini wajib kita syukuri. Dan janganlah angkuh seandainya kita diberikan rupa yang menarik. Syukurilah bahwa itu nikat yang diberikan oleh Allah semata-mata untuk hak-hal kebaikan.
2.      Nikmat Ikhtiyariyah.
Nikmat ini berupa nikmat yang kita peroleh atas usaha kita. Misalnya: Harta yang banyak, Kedudukan yang tinggi, Ilmu yang banyak, Pengaruh yang besar, Posisi, Jabatan, Tanah, Mobil dan lain-lain yang kita peroleh atas usaha kita. Nikmat ini harus kita syukuri. Sedekahkan harta yang kita miliki dan pergunakan ke jalan yang diridhoi Allah. Jika menjadi pemimpin dengan jabatan yang tinggi, jangan kita salah gunakan jabatan tersebut, karena itu semua akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

3. Nikmat Alamah.
Nikmat alam sekitar kita. Kita tidak bisa hidup jika Allah tidak memberikan nikmat alamiah ini. Misalnya: Air, Udara, Tanah dan lain-lain. Mari kita syukuri semua ini dengan menjaga alam ini dari kerusakan. Menjaga udara dari pencemaran, banyak-banyak menanam pohon dan lain-lain.

4. Nikmat Diiniyah.
Nikmat Diiniyah adalah nikmat Agama Islam. Nikmat Iman. Bayangkan jika kita terlahir bukan dari rahim seorang muslimah? Mungkin saat ini kita menjadi kafir. Maka syukurilah nikmat-nikmat diin yang diberikan Allah kepada kita dengan menjalankan perintah-perintah agama serta menjauhi larangan Allah SWT.

5. Nikmat Ukhrowiyah.
Nikmat Ukhrowi adalah nikmat akhirat. Nikamt inilah yang akan kita petik nanti jika telah dihisab di yaumil mahsyar. Nikmat ini tergantung dari apa yang kita perbuat didunia ini. Jika semua nikmat diatas telah kita terima dan kita syukuri dengan baik, maka nikmat ukhrowi ini yang akan kita dapatkan dan rasakan jika nanti sudah di alam akhirat.

Harus kita sadari bahwa hidup didunia ini hanyalah sementara. Ada batas waktu yang telah ditentukan Allah dan jika telah tiba waktunya kita semua akan mati. Begitu juga nikmat yang diberikan Allah adalah bukan milik kita melainkan titpan semata. Maka sudah sepantasnyalah kita menjaga dan bersyukur atas "titipan" itu karena suatu saat itu semua akan dikembalikan kepada Allah SWT.
      BEBERAPA NIKMAT ALLAH LAINNYA :
1.Diberikan anggota tubuh yang lengkap. Sebagian besar orang baru
     menyadari kenikmatan ini setelah dikurangi oleh Allah. Nikmat anggota badan
     ini, akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah.
2. Diberikan kesehatan. Nikmat ini tidak bisa dinilai dengan uang. Jika
     kita sakit, berlembar-lembar uang kita keluarkan. Dua kenikmatan yang
     kebanyakan manusia lupa : sehat dan waktu luang.
3. Nikmat harta. Orang yang bersyukur kepada Allah akan menggunakan harta
    sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Nikmat Keamanan. Orang yang tidak mencampurkan keimanan dan kedholiman
     maka baginya ‘keamanan’. Dengan
     nikmat keamanan ini, kita bisa beribadah ataupun menuntut ilmu dengan perasaan
     tenang.
5. Hidayah beragama Islam dan nikmat iman. SUBHAANALLAH !!, ini adalah nikmat
    yang paling besar. Mengapa demikian? Karena dengan nikmat ini kita bisa
     membedakan kejahatan dan kebaikan, mana yang diperbolehkan oleh agama atau
     manakahyang tidak diperbolehkkan.

                              CARA MENSYUKURI NIKMAT ALLAH
1.     Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui hati. Cara bersyukur kepada Allah dengan hati ini maksudnya adalah dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya hanya dari Allah SWT semata.
2.     Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui lisan kita. Caranya adalah dengan kita memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik Allah).
3.     Mensyukuri nikmat Allah dengan perbuatan kita. Yaitu perbuatan dalam bentuk ketaatan kita menjalankan segala apa yang diperintah dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. PerintahNya termasuk segala hal yang yang berhubungan dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah, baik perintah itu yang bersifat wajib, sunnah maupun mubah.
Anggapan kebanyakan orang, bersyukur kepada Allah hanya perlu dilakukan pada saat mendapatkan anugrah besar atau terbebas dari masalah besar adalah hal yang merupakan suatu kekeliruan yang besar. Padahal jika kita merenung sejenak, maka kita akan bisa menyadari bahwa kita semua ini dikelilingi oleh nikmat yang tidak terbatas banyaknya. Dalam hitungan.
CARA MENUMBUHKAN PERASAAN SYUKUR :
1). Merenung (bukan membayangkan)
2) Lihatlah yang memberi nikmat, bukan besar kecilnya nikmat. Jika engkau mendapatkan nikmat dari Allah, jangan lihat besar kecilnya nikmat, tapi
lihatlah yang memberi nikmat (Rabbul ’alamin).
3). Lihatlah yang berada di bawah kita (kaitannya dengan nikmat)
4). Ingatlah keutamaan syukur. Orang beriman yakin, jikalau bersyukur
kepada Allah, maka akan mendapatkan keutamaan.
5). Sadarilah bahwa yang mampu memberikan hidayah untuk bersyukur hanyalah
Allah semata.
6).Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui hati. Cara bersyukur kepada Allah dengan hati     ini maksudnya adalah dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya hanya dari Allah SWT semata.
7).Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui lisan kita. Caranya adalah dengan kita memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik Allah).
8).Mensyukuri nikmat Allah dengan perbuatan kita. Yaitu perbuatan dalam bentuk ketaatan kita menjalankan segala apa yang diperintah dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. PerintahNya termasuk segala hal yang yang berhubungan dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah, baik perintah itu yang bersifat wajib, sunnah maupun mubah.

CARA MENSYUKURI NIKMAT ALLAH :
1. Hatinya tunduk, dan meyakini bahwa kenikmatan itu pemberian Allah. Hati
   itu untuk ma’rifah (mengenal Allah) dan mahabbah (mencintai
   Allah). Tanamkan dalam hati bahwa nikmat itu dari Allah semata.
2. Lisannya memuji Allah. Jika diberi nikmat, maka hakikatnya itu adalah
   nikmat dari Allah, maka pujilah Allah. Ucapkan pula, jazakumulloh khoiron
   kepada orang yang telah memberikan bantuan dan perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat       Allah. Hasan
  al-Bashriy berujar, ”Perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah. Sesungguhnya
  itu adalah kesyukuran.”
3. Anggota tubuhnya melaksanakan ketaatan kepada Allah. Dalam hal ini anggota
   badan dijadikan
   sebagai sarana untuk taat kepada Allah dan mencegah dari maksiat kepada-Nya.
4.     Meyakini dalam hati bahwa nikmat yang diterima semata-mata pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Seorang yang beriman seharusnya tidak menisbatkan (mengarahkan sebab timbulnya) nikmat kepada kekuatan, kepintaran, keberaniannya, dan semisalnya. Sebagai contoh Nabi Sulaiman alahi salam tatkala singgasana Ratu Saba’ bisa didatangkan di hadapannya dalam tempo sekejap, maka beliau berkata: "Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)." (QS. An-Naml: 40).

5.  Memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia-Nya.
Ini dilakukan dengan cara mengucapkan puji syukur dan menceritakannya secara lahir. Karena, dengan selalu mengingat dan menceritakan (bukan untuk kesombongan) pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mendorong untuk bersyukur. Hal itu karena manusia mempunyai tabiat menyukai orang yang berbuat baik kepadanya.
6.  Menggunakan nikmat untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Salah satu bentuk realisasi kita terhadap mensyukuri nikmat Allah dan sehat ini adalah dengan olahraga

7. Memelihara Kesehatan Badan.
Menjaga kesehatan badan bisa dengan menghindari makanan atau minuman yang haram karena dapat merusak kesehatan,banyak mudaratnya

8.Menjaga pola makan dan istirahan yang cukup
9. Menjaga Kebersihan.
Islam juga memberikan perhatian dalam rangka menjaga kesehatan dan mensyukuri nikmat sehat dengan adanya anjuran dan perintah menjaga kebersihan. “Annadha fatu minal iiman” kebersihan itu adalah sebagian dari pada iman. Menjaga kebersihan adalah salah satu upaya untuk mencapai kesehatan dan bagian dari sekian banyak tips  Dengan fisik yang sehat kita akan lebih khusyuk dalam ibadah, lebih fokus dalam bekerja-belajar, lebih siap mengemban amanah, lebih totalitas dalam mengerjakan segala sesuatunya.

SYARAT DAN PENGHALANG TERKABULNYA DOA



Adalah sangat baik jika kita memperbanyak doa, sebab memperbanyak doa adalah merupakan salah satu perintah Allah sebagaimana firman-Nya :


وَقَالَ رَبّكُـمْ ادْعُونِيَ أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنّ الّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman : "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." [QS. Al-Mukmin : 60].



Banyak orang yang berdoa melakukan perbuatan yang menyebabkan doa mereka ditolak dan tidak dikabulkan, karena kebodohan mereka tentang syarat-syarat doa, padahal apabila tidak terpenuhi salah satu syarat tersebut, maka doa tersebut tidak dikabulkan

Syarat agar doa di kabulkan.

1. Ikhlas

Sebagaimana firman Allah.

"Artinya : Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya". [Ghafir : 14]

Ibnu Katsir mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah dan berdoa hendaknya dengan ikhlas serta menyelisihi orang-orang musyrik dalam cara dan madzhab mereka.[Tafsir Ibnu Katsir 4/73]

Dari Abdurrahman bin Yazid bahwa dia berkata bahwasanya Ar-Rabii' datang kepada 'Alqamah pada hari Jum'at dan jika saya tidak ada dia memberikan kabar kepada saya, lalu 'Alqamah bertemu dengan saya dan berkata : Bagaimana pendapatmu tentang apa yang dibawa oleh Rabii'.? Dia menjawab : "Berapa banyak orang yang berdoa tetapi tidak dikabulkan ? Karena Allah tidak menerima doa kecuali yang ikhlas". Saya berkata : Bukankah itu telah dikatakannya ? Dia berkata : Abdullah mengatakan bahwa Allah tidak mendengar doa seseorang yang berdoa karena sum'ah, riya' dan main-main tetapi Allah menerima orang yang berdoa dengan ikhlas dari lubuk hatinya". [Imam Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad 2/65 No. 606. Dishahihkan sanadnya oleh Al-Albani dalam Shahih Adabul Mufrad No. 473. Nakhilah maksudnya adalah iikhlas, Masma' adalah orang yang beramal untuk dipuji atau tenar].

2. Tidak beribadah dan tidak berdoa kecuali kepada Allah.
Jika seseorang menujukan sebagian ibadah kepada selain Allah baik kepada para Nabi atau para wali seperti mengajukan permohonan kepada mereka, maka doanya tidak terkabulkan dan nanti di akhirat termasuk orang-orang yang merugi serta kekal di dalam Neraka Jahim bila dia meninggal sebelum bertaubat.

3 & 4. Tidak Berdoa Untuk Sesuatu Dosa Atau Memutuskan Silaturrahmi

Dari Abu Said bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Apabila seorang muslim berdoa dan tidak memohon suatu yang berdosa atau pemutusan kerabat kecuali akan diakabulkan oleh Allah salah satu dari tiga ; Akan dikabulkan doanya atau ditunda untuk simpanan di akhirat atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya".[Musnad Ahmad 3/18. Imam Al-Mundziri mengatakannya Jayyid (bagus) Targhib 2/47].

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud "tidak berdoa untuk suatu yang berdosa" artinya berdoa untuk kemaksiatan suatu contoh : "Ya Allah takdirkan aku untuk bisa membunuh si fulan", sementara si fulan itu tidak berhak dibunuh atau "Ya Allah berilah aku rizki untuk bisa minum khamer" atau "Ya Allah pertemukanlah aku dengan seorang wanita untuk berzina". Atau berdoa untuk memutuskan silaturrahmi suatu contoh : "Ya Allah jauhkanlah aku dari bapak dan ibuku serta saudaraku" atau doa semisalnya. Doa tersebut pengkhususan terhadap yang umum. Imam Al-Jazri berkata bahwa memutuskan silaturahmi bisa berupa tidak saling menyapa, saling menghalangi dan tidak berbuat baik dengan semua kerabat dan keluarga.

5. Hendaknya Makanan Dan Pakaian Dari Yang Halal Dan Bagus(baik)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan :

"Artinya : Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi dan berdoa : Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan.?" [Shahih Muslim, kitab Zakat bab Qabulus Sadaqah 3/85-86].

Imam An-Nawawi berkata bahwa yang dimaksud lama bepergian dalam rangka beribadah kepada Allah seperti haji, ziarah, bersilaturrahmi dan yang lainnya.

Pada zaman sekarang ini berapa banyak orang yang mengkonsumsi makanan, minuman dan pakaian yang haram baik dari harta riba, perjudian atau harta suap yang yang lainnya. [Syarh Shahih Muslim 7/100].

Ahli Syair berkata.

"Kita berdoa dan menyangka doa terangkat padahal dosa menghadangnya lalu doa tersebut kembali. Bagaimana doa kita bisa sampai sementara dosa kita menghadang di jalannya". [Al-Azhiyah dalam Ahkamil Ad'iyah hal. 141].

6. Tidak Tergesa-gesa Dalam Menunggu Terkabulnya Doa

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.

"Artinya : Akan dikabulkan permintaan seseorang di antara kamu, selagi tidak tergesa-gesa, yaitu mengatakan : Saya telah berdoa tetapi belum dikabulkan". [Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat 7/153. Shahih Muslim, kitab Do'a wa Dzikir
8/87]

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : Yang dimaksud dengan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Saya berdoa tetapi tidak dikabulkan", Ibnu Baththaal berkata bahwa seseorang bosan berdoa lalu meninggalkannya, seakan-akan mengungkit-ungkit dalam doanya atau mungkin dia berdoa dengan baik sesuai dengan syaratnya, tetapi bersikap bakhil dalam doanya dan menyangka Alllah tidak mampu mengabulkan doanya, padahal Dia dzat Yang Maha Mengabulkan doa dan tidak pernah habis pemberian-Nya. [Fathul Bari 11/145].

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa Imam Al-Madzhari berkata : Barangsiapa yang bosan dalam berdoa, maka doanya tidak terkabulkan sebab doa adalah ibadah baik dikabulkan atau tidak, seharusnya seseorang tidak boleh bosan beribadah. Tertundanya permohonan boleh jadi belum waktunya doa tersebut dikabulkan karena segala sesuatu telah ditetapkan waktu terjadinya, sehingga segala sesuatu yang belum waktunya tidak akan mungkin terjadi, atau boleh jadi permohonan tersebut tidak terkabulkan dengan tujuan Allah mengganti doa tersebut dengan pahala, atau boleh jadi doa tersebut tertunda pengabulannya agar orang tersebut rajin berdoa sebab Allah sangat senang terhadap orang yang rajin berdoa karena doa memperlihatkan sikap rendah diri, menyerah dan merasa membutuhkan Allah. Orang sering mengetuk pintu akan segera dibukakan pintu dan begitu pula orang yang sering berdoa akan segera dikabulkan doanya. Maka seharusnya setiap kaum Muslimin tidak boleh meninggalkan berdoa. [Mir'atul Mafatih 7/349].

Syubhat.

Allah berfirman.

"Artinya : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu". (Ghafir : 60).

Banyak orang yang berdoa tetapi tidak dikabulkan, kalau seandainya ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya pasti tidak mungkin doa tersebut ditolak.

Hafizh Ibnu Hajar menjawab bahwa setiap orang yang berdoa pasti terkabulkan tetapi dengan bentuk pengkabulan yang berbeda-beda, terkadang apa yang diminta terkabulkan, atau terkadang diganti dengan sesuatu pemberian lain, sebagaimana hadits dari 'Ubadah bin Shamit bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Tidak ada seorang muslim di dunia berdoa memohon suatu permohonan melainkan Allah pasti mengabulkannya atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya". [Fathul Bari 11/98].

7 & 8  Hendaknya Berdoa Dengan Hati Yang Khusyu' Dan Yakin Bahwa Doanya Pasti Akan Dikabulkan

Dari Abdullah bin Amr bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Hati itu laksana wadah dan sebahagian wadah ada yang lebih besar dari yang lainnya, maka apabila kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah kepada-Nya sedangkan kamu merasa yakin akan dikabulkan karena sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai". [Musnad Ahmad 2/177, Mundziri dalam kitab Targhib 2/478, Al-Haitsami dalam Majma Zawaid 10/148]

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi : " dan kalian yakin akan dikabulkan", adalah pengharusan artinya berdoalah sementara kalian bersikap dengan sifat yang menjadi penyebab terkabulnya doa. Imam Al-Madzhari berkata bahwa hendaknya orang yang bedoa merasa yakin bahwa Allah akan mengabulkan doanya sebab sebuah doa tertolak mungkin disebabkan yang diminta tidak mampu mengabulkan atau tidak ada sifat dermawan atau tidak mendengar terhadap doa tersebut, sementara kesemuanya sangat tidak layak menjadi sifat Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah, Maha Tahu dan Maha Kuasa yang tidak menghalangi doa hamba-Nya. Jika seorang hamba tahu bahwa Allah tidak mungkin menghalangi doa hamba-Nya, maka seharusnya kita berdoa kepada Allah dan merasa yakin bahwa doanya akan dikabulkan oleh Allah.

Seandainya ada orang yang mengatakan bahwa kita dianjurkan agar kita selalu yakin bahwa doa kita akan terkabulkan dan keyakinan itu akan muncul jika doa pasti dikabulkan, sementara kita melihat sebagian orang terkabul doanya dan sebagian yang lainnya tidak terkabulkan, bagaimana kita bisa yakin ?

Jawab.
Orang yang berdoa pasti terkabulkan dan pemintaannya pasti diberikan kecuali bila dalam catatan azali Allah doa tersebut tidak mungkin dikabulkan akan tetapi dia akan dihindarkan oleh Allah dari musibah semisalnya dengan permohonan yang dia minta sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits. Atau diberi ganti yang berupa pahala dan derajat di akhirat. Karena doa adalah ibadah dan barangsiapa yang beribadah dengan baik, maka tidak mungkin akan dihalangi dari pahala.

Yang dimaksud dengan sabda Nabi : "dari hati yang lalai" adalah hati yang berpaling dari Allah atau berpaling dari yang dimintanya. [Mir'atul Mafatih 7/360-361].

Faktor penghalang terkabulnya doa

Namun jika kita merasa bahwa doa kita belum terkabulkan, maka kita tidak boleh putus asa. Kita harus ber-husnudhan pada Allah ta’ala dengan terus introspeksi terhadap diri kita sendiri. Ketika berdoa, kita harus memperhatikan adab-adab berdoa, diantaranya : ikhlash, sungguh-sungguh, khusyuk, penuh kerendahan, dan yakin bahwa doa kita pasti akan dikabulkan (sebagaimana firman Allah di atas). Awalilah doa kita dengan sanjungan kepada Allah ta’ala dan shalawat kepada Nabi-Nya shallallaahu ’alaihi wasallam. Bisa jadi doa kita terhalang karena beberapa faktor, diantaranya :

1. Makan dan minum dari yang haram, mengkonsumsi barang haram berupa makanan, minuman, pakaian, dan hasil usaha yang haram.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لا يُقبَلَ إِلا طَيِّباً وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ اْلمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحاً إِنِّي بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاء يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِاْلحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ؟

Wahai manusia, sesungguhnya Allah ta’ala adalah Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada para Rasul. Allah ta’ala berfirman : “Hai Rasul-Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih” (QS. Al-Mu’minuun : 51). Dan Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu” (QS. Al-Baqarah : 172). Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu lalu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata,”Ya Rabb..ya Rabb…”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya dari yang haram, dicukupi dari yang haram, maka bagaimana mungkin dikabulkan doanya?” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1015].

2. Minta cepat terkabul doa yang akhirnya meninggalkan doa.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُوْلُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِيْ

Dikabulkan doa seseorang dari kalian selama ia tidak buru-buru,(dimana) ia berkata : ”Aku sudah berdoa namun belum dikabulkan doaku” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5981 dan Muslim no. 2735].

لا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيْلَ يَا رَسوْلَ اللهِ مَا اْلاِسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُوْلُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَم أَرَ يَسْتَجِيْبُ لِيْ فَيَسْتحْسِرَ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

Senantiasa doa seorang hamba akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk berbuat dosa atau memutuskan silaturahim, dan selama ia tidak meminta dengan tergesa-gesa (isti’jal)”. Ada yang bertanya : “Ya Rasulullah, apa itu isti’jal ?”. Jawab beliau : “Jika seseorang berkata : ‘Aku sudah berdoa, memohon kepada Allah, tetapi Dia belum mengabulkan doaku’. Lalu ia merasa putus asa dan akhirnya meninggalkan doanya tersebut” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2735].

3. Melakukan maksiat dan apa yang diharamkan Allah.
Seorang penyair berkata : “Bagaimana mungkin kita mengharap terkabulnya doa, sedangkan kita sudah menutup jalannya dengan dosa dan maksiat”.

4. Meninggalkan kewajiban yang diwajibkan oleh Allah.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ وَلْتَنْهَوُنَّ عَنِ اْلمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَاباً مِنْهُ ثُمَ تَدْعُوْنَهُ فَلا يُسْتَجَابُ لَكُمْ

Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran atau (kalau tidak kalian lakukan) maka pasti Allah akan menurunkan siksa kepada kalian, hingga kalian berdoa kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2169, Al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah 14/3453, dan Ahmad no. 23360. At-Tirmidzi berkata : “Hadits ini hasan”].

5. Berdoa yang isinya mengandung perbuatan dosa atau memutuskan silaturahim.

6. Tidak bersungguh-sungguh dalam berdoa.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا دَعَوْتُمُ اللهَ فَاعْزِمُوْا فِي الدُّعَاءِ وَلا يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِيْ فَإِنْ اللهَ لا مُسْتَكْرِهَ لَهُ

Apabila seseorang dari kamu berdoa dan memohon kepada Allah, janganlah ia mengucapkan : ‘Ya Allah, ampunilah dosaku jika Engkau kehendaki, sayangilah aku jika Engkau kehendaki, dan berilah rizki jika engkau kehendaki ‘. Akan tetapi, ia harus bersungguh-sungguh dalam berdoa. Sesungguhnya Allah berbuat menurut apa yang Ia kehendaki dan tidak ada yang memaksa-Nya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 7026].

7. Tidak khusyu’, lalai, dan terkuasai hawa nafsu.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ادْعُوْا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاهٍ

Berdoalah kepada Allah dan kamu yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan tidak khusyu’ “ [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 3479 dan Al-Hakim no. 1817; hasan lighairihi].

Kalaupun misalnya Allah ta’ala belum mentaqdirkan doa kita terwujud, kita harus sabar dan ridla bahwasannya Allah ta’ala mempunyai hikmah yang sangat besar. Allah ta’ala sangat sayang terhadap hamba-Nya dan seorang hamba tidak tahu tentang akibat urusannya. Terkadang seseorang mengharapkan sesuatu, padahal itu jelek buat dia. Sebaliknya, seseorang membenci sesuatu, padahal itu baik buat dia. Wallaahu a’lam.


Ibnul Qayyim berkata, "Doa dan ta'awudz (mohon perlindungan) ibarat senjata. Kehebatan senjata bergantung kepada pemakainya, bukan hanya dari ketajamannya saja, apabila senjata telah sempurna tidak ada cacatnya, lengan yang menggunakannya kuat, dan penghalang tidak ada, niscaya dapat membinasakan musuh.
Jika kurang salah satu dari tiga perkara ini, maka pengaruhnya tidak akan ada. Demikian pula apabila isi doa tidak baik, atau orang yang berdoa tidak menggabungkan antara hati dan lisannya, atau adanya penghalang bagi terkabulnya doa, maka doa tidak akan berhasil (al-Jawabul Kafi, hal.36)
Oleh karenanya, penuhilah syarat-syarat doa dan singkirkan atau hindarilah hal-hal yang akan menghalangi terkabulnya doa.
 

HIKMAH KISAH UMAR RADIALLAHU ANHU

hikmah dari kisah ini..
كَانَ عُمَرُ يُنَادِي زَوْجَتَهُ يَا بِنْتَ الْاَكْرَمِيْنَ
Dahulu ‘Umar memanggil istrinya “wahai keturunan orang-orang mulia.
كَان يُكْرِمُهَا وَيُكْرِمُ اَهْلَهَا
Umar sangat memuliakannya dan juga keluarganya.
فِي اِحْدَى اللَّيَالِي كَانَ سَيِّدُنَا عُمَرُ بْنِ الْخَطَّابِ يَدُوْرُ حَوْلَ الْمَدِيْنَةِ لِيَتَفَقَّدَ أَحْوَالَ الرَّعِيَّةِ, فَرَأَى خَيْمَةً لَمْ يَرَهَا مِنْ قَبْلُ فَأَقْبَلَ نَحْوَهَا مُتَسَائِلًا مَا خَبَرُهَا. فَسَمِعَ أَنِيْنًا يَصْدُرُ مِنَ الْخَيْمَةِ فَازْدَادَ هَمُّهُ. ثُمَّ نَادَى فَخَرَجَ مِنْهَا رَجُلٌ.
Pada suatu malam baginda ‘Umar bin Khathab berkeliling di sekitar kota Madinah untuk mencari tahu kondisi rakyatnya. Lalu ‘Umar melihat sebuah tenda yang tak pernah dilihat sebelumnya. ‘Umar pun menuju ke arah tenda tersebut seraya bertanya-tanya apa yang terjadi. Lalu ‘Umar pun mendengar suara mengaduh berasal dari tenda tersebut bertambahlah kegelisahannya. Kemudian seorang pria keluar dari tenda tersebut
فَقَالَ مَنْ اَنْتَ؟
‘Umar bertanya: Siapa anda?
فَقَالَ: اَنَا رَجُلٌ مِنْ اِحْدَ الْقُرَى مِنَ الْبَادِيَةِ وَقَدْ أَصَابَتْنَا الْحَاجَةُ فَجِئْتُ اَنَا وَأَهْلِيْ نَطْلُبُ رَفْدَ عُمَرَ. فَقَدْ عَلِمْنَا اَنَّ عُمَرَ يَرْفِدُ وَيُرَاعِي الرَّعِيَّةَ.
Pria itu menjawab: Saya adalah seseorang yang berasal dari salah satu kampung arab badui, kami memiliki keperluan maka aku bersama keluargakuk pun datang untuk meminta bantuan ‘Umar. Sungguh kami telah mengetahui bahwa ‘Umar membantu dan menolong rakyatnya
فَقَالَ عُمَرُ: وَمَا هَذَا الْأَنِيْنُ؟
Lalu ‘Umar bertanya: “suara mengaduh apakah ini?”
قَالَ: هَذِهِ زَوْجَتِيْ تَتَوَجَّعُ مِنْ اَلَمِ الْوِلاَدَةِ
Pria itu menjawab: “itu adalah istriku, dia merasa kesakitan karena perihnya persalinan
فَقَالَ: وَهَلْ عِنْدَكُمْ مَنْ يَتَوَلَّى رِعَايَتَهَا وَتَوْلِيْدَهَا؟
Lalu ‘Umar mengatakan: “Apakah ada pada kalian orang yang membidani perawatan dan persalinannya?”
قَالَ: لَا!! اَنَا وَهِيَ فَقَطْ.
Pria itu menjawab: “Tak ada, Cuma ada aku dan dia saja
فَقَالَ عُمَرُ: وَهَلْ عِنْدَكَ نَفَقَةٌ لِإِطْعَامِهَا؟
‘Umar bertanya lagi: “Apakah engkau mempunyai nafkah untuk memberi istrimu makanan?”
قَالَ: لَا.
Pria itu menjawab “Tak ada! ”
قَالَ عُمَرُ: اِنْتَظِرْ اَنَا سَآتِي لَكَ بِالنَّفَقَةِ وَمَنْ يُوَلِّدُهَا.
Umar berkata: “tunggulah, aku akan datang lagi dengan membawa nafkah dan orang yang membidaninya”
وَذَهَبَ سَيِّدُنَا عُمَرُ اِلَى بَيْتِهِ وَكَانَتْ فِيْهِ زَوْجَتُهُ سَيِّدَتُنَا اُمُّ كُلْثُوْمٍ بِنْتُ عَلِيِّ بْنِ اَبِي طَالِبٍ
Lalu baginda ‘Umar pun beranjak pergi ke rumahnya, disana ada istrinya baginda Ummu Kultsum anak dari Imam ‘Ali bin Abi Tholib
فَنَادَى : يَا ابْنَةَ الْأَكْرَمِيْنَ..هَلْ لَكَ فِي خَيْرٍ سَاقَهُ اللهُ لَكَ؟
Lalu ‘Umar pun memanggilnya: “Wahai keturunan orang-orang mulia… adakah engkau memiliki kebaikan yang Allah swt berikan untukmu?”
فَقَالَتْ: وَمَا ذَاكَ؟
Ummu Kultsum menjawab: “Ada apa?”
قَالَ: هُنَاكَ مِسْكِيْنَةٌ فَقِيْرَةٌ تَتَأَلَّمَ مِنَ الْوِلَادَةِ فِي طَرَفِ الْمَدِيْنَةِ.
‘Umar mengatakan: Ada seorang wanita miskin lagi faqir, dia sedang mengaduh disebabkan persalinan di pinggiran kota Madinah
فَقَالَتْ: هَلْ تُرِيْدُ اَنْ أَتَوَلَّى ذَلِكَ بِنَفْسِيْ؟
Ummu Kultsum berkata: “Apakah engkau ingin aku sendiri yang membidani persalinannya?”
فَقَالَ: قُوْمِي يَا ابْنَةَ الْأَكْرَمِيْنَ وَاَعِدِّيْ مَا تَحْتَاجُهُ الْمَرْأَةُ لِلْوِلَادَةِ.
‘Umar menjawab: “Berdirilah wahai keturunan orang-orang mulia, dan persiapkanlah apa saja yang dibutuhkan oleh wanita dalam persalinan!”
وَقَامَ هُوَ بِأَخْذِ طَعَامٍ وَلَوَازِمِ الطَّبْخِ وَحَمَلَهُ عَلَى رَأْسِهِ وَذَهَبَا.
‘Umar pun segera mengambil makanan dan alat-alat masak lalu membawanya di atas kepalanya lalu keduanya pun pergi
وَصَلَا اِلَى الْخَيْمَةِ وَدَخَلَتْ اُمُّ كُلْثُوْمٍ لِتَتَوَلَّى عَمَلِيَّةِ الْوِلَادَةِ وَجَلَسَ سَيِّدُنَا عُمَرُ مَعَ الرَّجُلِ خَارِجَ الْخَيْمَةَ لِيَعُدَّ لَهُمُ الطَّعَامَ.
Keduanya sampai ke tenda tersebut, lalu Ummu Kultsum masuk untuk membidani proses persalinan sedangkan ‘Umar duduk bersama pria tersebut di luar tenda untuk mempersiapkan makanan untuk mereka
اُمُّ كُلْثُوْمٍ مِنَ الْخَيْمَةِ تُنَادِي:
Dari dalam tenda Ummu Kultsum berseru
يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَخْبِرِ الرَّجُلَ اِنَّ اللهَ قَدْ أَكْرَمَهُ بِوَلَدٍ وَاِنَّ زَوْجَتَهُ بِخَيْرٍ. عِنْدَمَا سَمِعَ الرَّجُلُ مِنْهَا (يَا اَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ) تَرَاجَعَ اِلَى الْخَلْفِ مُنْدَهِشًا فَلَمْ يَكُنْ يَعْلَمُ اَنَّ هَذَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ
Wahai Amiirul mukminiin, beritahukan kepada pria itu sesungguhnya Allah telah memuliakannya dengan seorang anak laki-laki dan sungguh istrinya dalam keadaan sehat. Ketika pria itu mendengar dari Ummi Kultsum (wahai amiirul mukminii!) lalu dia pun menoleh ke belakang sambil terheran-heran, sebelumnya dia sama sekali tak tahu bahwa itu adalah ‘Umar bin Khathab
فَضَحِكَ سَيِّدُنَا عُمَرُ
Baginda ‘Umar pun tertawwa
وَقَالَ لَهُ: اَقْرِبْ.. أَقْرِبْ.. نَعَمْ اَنَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَالَّتِي وَلَّدَتْ زَوْجَتَكَ هِيَ اُمُّ كُلْثُوْمٍ اِبْنَةُ عَلِيِّ بْنِ اَبِيْ طَالِبٍ.
Lalu ‘Umar berkata: Mendekatlah! Mendekatlah kesini! Ya saya adalah ‘Umar bin Khathab dan yang membidani istrimu adalah Ummu Kultsum anak dari ‘Ali bin Abi Tholib
فَخَرَّ الرَّجُلُ بَاكِيًا وَهُوَ يَقُوْل: آلُ بَيْتِ النُّبُوَّةِ يُوَلِّدُوْنَ زَوْجَتِي؟ وَاَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ يَطْبَخُ لِي وَلِزَوْجَتِيْ؟
Lalu pria itu pun tertunduk menangis, dia mengatakan: keluarga Nabi membidani istriku? Sedangkan Amiirul mukminiin memasak untukku dan istriku?
فَقَالَ عُمَرُ: خُذْ هَذَا وَسَآتِيْكَ بِالنَّفَقَةِ مَا بَقَيْتَ عِنْدَنَا.
‘Umar pun mengatakan: Ambillah makanan ini, saya akan datang kepadamu dengan membawa nafkah selama engkau masih berada di dekat kami”
هَذَا هُوَ الْمِنْهَاجُ الَّذِيْ اَخَذُوْهُ مِنْ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَمَا كَانَتْ رِفْعَةُ عُمَرَ بِمُجَرَّدِ صَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَقِيَامٍ، وَلَا فُتُوْحَاتٍ فَتَحَهَا فِي الْأَرْضِ . . بَلْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ خَاضِعٌ خَاشِعٌ مُتَوَاضِعٌ مُنِيْبٌ وَأَوَّابٌ ، يُقِيْمُ الْعَدْلَ وَالْحَقَّ فِي الْأَرْضِ ، وَيُحَاسِبُ نَفْسَهُ قَبْلَ اَنْ يُحَاسِبَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.....
Sobat fillahku,,,,Inilah ajaran yang diambil oleh para sahabat dari baginda Muhammad s. a. w. kemuliaan ‘Umar bukanlah hanya karena sholatnya, puasanya, serta bangun malamnya, bukan pula karena penaklukan-penakluan negri yang dilakukannya di muka bumi. Namun dia dahulu memiliki hati yang merendah, khusyu’, tawadhu’, sadar dan selalu bertaubat. Dia menegakkan keadilan dan kebenaran di muka bumi. Dan menghisab dirinya sediri sebelum dia dihisab oleh Allah swt pada hari kiamat
إِنْ أَعْجَبَتْكَ الْقِصَّةُ قُمْ بِنَشْرِهَا لِنُبَيِّنَ لِلنَّاسِ فَضْلَ الْإِسْلَامِ وَتَوَاضُعَ الْمُسْلِمِيْنَ..وَأَنَّ دِيْنَنَا دِيْنٌ تَعَامُلٌ وَمَعْرُوْفٌ.
Sobat fillahku yang dimuliakan Allah swt,,Jikalah kisah ini membuat kita takjub, yuk bersama kita ambil hikmahnya,,kita amalkan, berbagi bersama dan berdakwah bersama untuk merasakan manisnya Iman dan cinta kepada Allah swt beserta para Rasul-Nya dan indahnya berbagi sesama.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ
Ya Allah ampuni kami dan sayangilah kami wahai Yang Maha hidup dan Berdiri sendiri.

Keutamaan Bangun Shubuh


setiap muslim punya kewajiban untuk bangun shubuh karena ada shalat fardhu yang harus ditunaikan kala itu.
Bisikan Setan Lewat Tiga Ikatan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ
“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)
Setan akan membuat ikatan di tengkuk manusia ketika ia tidur. Ikatan tersebut seperti sihir yang dijalankan oleh setan untuk menghalangi seseorang untuk bangun malam. Karena ikatan itu ada akhirnya setan terus membisikkan atau merayu supaya orang yang tidur tetap terus tidur dengan mengatakan ‘malam itu masih panjang’.
Lantas bagaimanakah solusinya untuk bisa lepas dari tiga ikatan setan yang terus merayu agar tidak bangun malam? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan solusinya:
(1) bangun tidur lalu berdzikir pada Allah
(2) kemudian berwudhu
(3) mengerjakan shalat
Faedah dari berdzikir pada Allah ketika bangun tidur, ini kembali pada faedah dari dzikir secara umum. Sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim bahwa dzikir dapat mengusir setan, mendatangkan kebahagiaan, mencerahkan wajah dan hati, menguatkan badan dan melapangkan rezeki. Lihat mengenai Fawaid Dzikir dalam Shahih Al Wabilush Shoyyib hal. 83-153.
Di antara dzikir yang bisa dibaca setelah bangun tidur adalah dzikir berikut ini:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ
“Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur” [artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan]. (HR. Bukhari no. 6325)
Atau bisa pula membaca dzikir berikut,
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ فِيْ جَسَدِيْ، وَرَدَّ عَلَيَّ رُوْحِيْ، وَأَذِنَ لِيْ بِذِكْرِهِ
“Alhamdullillahilladzi afaaniy fii jasadiy, wa rodda alayya ruhiy, wa adzina lii bi dzikrih” [artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada jasadku dan telah mengembalikan ruhku serta mengizinkanku untuk berdzikir kepada-Nya]. (HR. Tirmidzi no. 3401. Hasan menurut Syaikh Al Albani)
Adapun shalat malam sendiri adalah kebiasaan yang baik bagi orang beriman di mana waktu akhir malam adalah waktu dekatnya Allah pada hamba-Nya. Dari ‘Amr bin ‘Abasah, ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الرَّبُّ مِنَ الْعَبْدِ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ الآخِرِ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّهَ فِى تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ
“Waktu yang seorang hamba dengan Allah adalah di tengah malam yang terakhir. Siapa yang mampu untuk menjadi bagian dari orang yang mengingat Allah pada waktu tersebut, maka lakukanlah.”(HR. Tirmidzi no. 3579. Shahih menurut Syaikh Al Albani).
Adapun orang yang tidak bangun shubuh hakekatnya masih terikat dengan tiga ikatan tadi. Ia terus dibisikkan oleh setan sehingga tidak bisa bangkit untuk bangun.
Apa Manfaat Bangun Shubuh?
Disebutkan di akhir hadits bahwa orang yang bangun dan terlepas darinya tiga ikatan setan, ia akan semangat dan fit di pagi harinya. Jika tiga ikatan tersebut tidaklah lepas, maka akan malas dan tidak sehat di pagi harinya.
Mari terus semangat bangun malam dan bangun Shubuh. Moga kita termasuk golongan yang mendapatkan kebaikan dan keberkahan yang banyak lewat doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Daud no. 2606, Tirmidzi no. 1212 dan Ibnu Majah no. 2236. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

EMPAT GOLONGAN YANG DIRINDU SYURGA

Allah swt telah berfirman didalam surat Al-imran yang berbunyi:
" WASAARI'UU ILAA MAGHFIROTIN MIN ROBBIKUM WAJANNATUN 'ARDHUHAS SAMAAWAATI WAL ARDHI U'IDDAT LIL MUTTAQIIN"
( Dan bersegeralah mencari pengampunan dari tuhanmu ,dan surga yang luasnya antara langit dan bumi yang dijanjikan bagi orang-orang yang bertakwa ).
Ayat ini menjelaskan kepada kita supaya kita harus mencari pengampunan dari Allah dengan bersegera jangan ditunda-tunda sebelum ajal menjemput kita. Dan Allah menjanjikan bagi orang -orang yang betakwa,yaitu surga.
Siapa sih yang tidak mau masuk kesurga ???
Tentunya kita semua ingin masuk surga, yang dimana isinya adalah segala keni'matan yang tak bisa bayangkan dan keindahan nya tidak bisa terlukiskan. Bahkan kita pasti menginginkan menjadi orang yang dirindu syurga.Lalu siapa saja orang yang dirindukan surga itu ???
Rasulullah saw bersabda :
" AL JANNATU MUSYTAAQOTUN ILA ARBA'ATIN NUFURIN: TAALIL QUR AANI WAHAAFIDZIL LISAANI WAMUTH'IMIL JII'AANI WASSHOOIMIINA FII SYAHRI ROMADHOONI."
( surga itu merindukan epat golongan orang: orang yang membaca al qur'an ,orang yang menjaga lidah,orang yang memberikan makanan kepada orang yang sedang lapar dan orang yang berpuasa dibulan ramadhan).
Penjelasan:
1.orang yang membaca al qur an .
Sungguh suatu penghargaan dari Allah swt bagi orang yang selalu membaca al qur an. Bahkan didalam hadits rasulullah saw menyebut orang yang membaca al quran sebagai " AHLULLAAH " ( Ahli/keluarga Allah).
Bahkan begitu besarnya pahala orang yang membaca al qur an,sehingga setiap huruf yang dibaca Allah membalasnya dengan 10 kebaikan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :
" 'AN ABDILLAAHIBMU MAS'UUDIN RODIYALLAAHU 'ANHU QOOLA: TA'ALLAMUU HAADZAL QUR AANI FAINNAKUM TUAJJARUUNA BITILAAWATIHI BIKULLI HARFIN 'ASYARO HASANAATIN IMMA INNII LAA AQUULA BI ALIFLAAMMIIM WALAAKIN BI ALIF, WALAAM WAMIIM BIKULLI HARFIN 'ASYARO HASANAATIN "
( 'abdullah bin mas'ud ra. Berkata: pelajarilah al qur an ini karena sesungguhnya kalian diganjar dengan membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan itu untuk aliflaammiim akan tetapi untuk alif,laam,miim setiap hurufnya 10 kebaikan. )* Atsar riwayat Ad-darimy dan disebut kan dalam kitab silsila al hadits As shahihah no 660*.
Bahkan Allah tidak membeda-bedankan orang yang membaca al qur an. Baik itu pandai atau pun tidak pandai membaca Al quran .didalam hadits Rasulullah saw bersabda:
" 'AN 'AAISYATI RODIYALLAAHU 'ANHA QOOLAT QOLA RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM: AL MAAHIRU BIL QUR AANI MA'AS SAFAROTIL KIROOMIL BAROROTI WALLADZIINA YAQROUL QUR AANI WAYUTATA'TA'U FIIHI WAHUWA 'ALAIHI SYAAQIN LAHU AJROONI.".( 'aisyar ra.meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda : seorang yang lancar membaca Al qur an akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa ta'at kepada Allah ,Adapun yang membaca Alquran dan terbata-bata didalam nya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala). * HR. Muslim *.
2.orang yang dirindukan surga,yaitu orang yang menjaga lidah.
Lisan adalah bagian anggota tubuh yang paling dominan,paling berharga terhadap diri kita dan orang lain. Banyak orang yang bisa masuk surga karena lidah.sebaliknya lidah juga bisa membuat banyak orang yang masuk neraka,hanya karena ucapan nya sendiri oleh karena itu kendalikan lah lisan dengan sekuat kita, sehingga kita selamat. Tidak tercampak dineraka jahannam. Dalam hadits disebutkan: " INNARROJULA LAYATAKALLAMU BIL KALIMATI LIYUDH HIKA BIHA ASH HAABUHU FAYAHWII BIHA FII QO'RI JAHANNAMA SAB'IINA KHORIIFAN "
( Sesungguhnya seseorang itu kadang-kadang berkata dengan suatu perkataan,agar orang lain tertawa .dia tidak menyadari bahwa ucapan yang demikian itu menyebabkan nya masuk neraka selama tujuh puluh tahun.). * lihat kitab BIDAYATUL HIDAYAH / 'UBUDIYYAH *.
Bahkan didalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda: " SALAAMATUL INSAAN BIHIFDZI LLISAAN" ( selamat nya manusia adalah dengan menjaga lisan).
3. Orang yang dirindukan surga yaitu orang yang memberi makanan kepada orang yang sedang lapar.
Rasulullah saw bersabda:
( dari abu sa'id Al khudry ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda: siapa saja orang islam orang islam yang memberi pakaian kepada orang islam. Niscaya Allah akan memberikannya pakaian dari hijaunya surga. Dan siapa saja orang islam yang memberikan makan kepada orang islam yang kelaparan, niscaya Allah akan memberikan nya buah-buahan surga. Dan siapa saja orang islam yang memberikan minum kepada orang islam yang kehausan,niscaya Allah akan memberikan nya mimuman suci yang tertutup.) * HR. ABU DAWUD*.
4. Orang yang dirindu surga adalah orang yang berpuasa dibulan ramadhan.
" MAN SHOOMA ROMADHOONA GUFIRO LAHU MAA TAQODDAMA MIN DZANBIH" ( Barang siapa yang berpuasa dibulan ramadhan maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu).
Wallaahu a'lam bisshowab.

AMALAN PEMBUKA PINTU SURGA

Allah dan Rasul-Nya banyak menyebutkan ganjaran surga dan mengancam dengan adzab neraka untuk memotivasi umat-Nya untuk banyak beramal shalih dan menjauhi segala larangan-Nya. Di samping itu Allah pun telah mengabarkan sifat-sifat surga dan neraka untuk lebih meningkatkan keinginan manusia untuk meraih surga dan menjauhi neraka.
Di antara kenikmatan surga, Allah berfirman dalam sebagian ayat-ayat-Nya,
عَلَى سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ – مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ – يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ – بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ – لا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنْزِفُونَ – وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ – وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ – وَحُورٌ عِينٌ – كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ
“Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS al-Waqi’ah: 15-23)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Surga itu disediakan bagi orang-orang sholih, kenikmatan di dalamnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pula pernah terlintas dalam hati.’ Maka bacalah jika kalian menghendaki firman Allah Ta’ala (yang artinya), ‘Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’”(QS. As Sajdah [32] : 17) (HR. Bukhari & Muslim)
Maka membayangkan seberapa besar kenikmatan surga – dan sesungguhnya lebih indah dari yang bisa kita bayangkan – tentu menjadi motivasi kuat bagi orang yang beriman untuk meraihnya. Dan ini adalah bagian dari keimanan terhadap hari akhir dan iman kepada Allah Ta’ala.
Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al-Wabil penulis kitab Asyratus Sa’ah (Tanda-tanda Hari Kiamat) berkata, [“Sesungguhnya percaya kepada Allah, hari akhir, pahala serta siksaan memberi arah yang nyata terhadap perilaku manusia untuk berbuat kebaikan. Tidak ada undang-undang ciptaan manusia yang mampu menjadikan perilaku manusia tetap tegak dan lurus seperti beriman kepada hari akhir. Oleh karena itu, dalam masalah ini akan ada perbedaan perilaku antara (orang yang tak beriman kepada Allah dan hari akhir) dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta dia mengetahui bahwa dunia adalah tempat simpanan akhir sedang amal shalih adalah bekal untuk akhirat, sebagaimana firman Allah,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa ...” (QS al-Baqarah: 197)
Dan sebagaimana komentar sahabat Umair Ibnu Hamam, “Menuju kepada Allah tak ada bekal lain kecuali takwa, amal akhirat dan sabar karena Allah dalam perjuangan. Dan semua bekal akan habis kecuali takwa, berbuat baik dan mencari petunjuk.”
Nampak perbedaan antara perilaku orang beriman dengan yang tidak beriman kepada Allah, hari akhir, pahala dan siksaan. Maka bagi orang yang percaya hari pembalasan dia akan berbuat dengan melihat kepada timbangan langit, bukan timbangan bumi. Dan dia akan melihat hisab akhirat, bukan hisab dunia. Dia akan mempunyai perilaku tersendiri dalam kehidupan. Kita akan melihatnya istiqamah dan dalam berpikir, iman, tabah dalam kesulitan, sabar atas bencana demi mencari pahala, dan dia mengerti bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih kekal.”]
Jalan menuju surga memang dipenuhi onak dan duri. Akan tetapi sesungguhnya ada banyak amalan-amalan yang mudah dilakukan namun Allah membalasnya dengan ganjaran yang sangat besar. Berikut ini disajikan beberapa amalan yang insya Allah ringan diamalkan namun bisa membawa pelakunya ke surga.

1. Berdzikir Kepada Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Ada dua kalimat yang ringan bagi lisan, berat dalam mizan (timbangan amal) dan dicintai ar-Rahmaan: ‘Subhanallahu wa bihamdih’ (Maha Suci Allah dan dengan pujian-Nya kami memuji) ‘Subhanallah al-Azhiim’ (Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Agung).” (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
لَأَنْ أَقُوْلَ: (سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر) أَحَبُّ إِلَيَّ مِمّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
“Saya membaca: ‘Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar’, sungguh aku lebih cintai daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim no 2695 dan at-Tirmidzi)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
“Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang dapat menyelamatkannya dari adzab Allah melainkan dzikir kepada Allah.” (HR ath-Thabrani dengan sanad yang hasan dan al-Allamah Ibnu Baz menjadikannya hujjah dalam kitab Tuhfah al-Akhyaar)

2. Meridhai Allah, Islam dan Rasulullah

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang hamba muslim mengucapkan pada saat dia memasuki waktu pagi dan memasuki waktu petang: ‘radhiitu billahi rabba, wa bil islaami diina wa bi muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam nabiya (aku ridha Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku)’ sebanyak tiga kali, melainkan merupakan hak bagi Allah untuk meridhainya pada hari kiamat kelak.” (HR Ahmad dan dihasankan oleh al-Allamah Ibnu Baz dalam kitab Tuhfah al-Akhyaar)

3. Menuntut Ilmu Syar’i

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim no 2699)

4. Menahan Marah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيعُ عَلَى أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي اَيِّ الْحُورِ شَاءَ
“Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya, niscaya Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan para makhluk sampai Allah memilihkan untuknya bidadari-bidadari yang dia suka.” (Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan disepakati oleh Syaikh al-Albani)

5. Membaca Ayat Kursi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ لَمْ يَمْنَعُهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةَ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ
“Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat, maka tidak ada yang dapat menghalanginya untuk masuk surga kecuali jika dia mati.”(HR an-Nasaa’i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Maksudnya adalah jika dia mati, dia akan masuk surga dengan rahmat dan karunia Allah ‘Azza wa Jalla.

6. Menyingkirkan Gangguan di Jalan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلاً يَتَقَلَّبُ فِي الجَنَّةِ فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهاَ مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ
“Sungguh aku telah melihat seorang lelaki mondar-mandir di dalam surga dikarenakan sebuah pohon yang dia tebang dari tengah jalan yang selalu mengganggu manusia” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَي ظَهْرِ طَرِيقٍ فَقَالَ وَاللهِ لأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنْ المُسْلِمِينَ لَا يُؤذِيهِمْ فَأُدْخِلَ الجَنَّةَ
“Ada seorang lelaki berjalan melewati ranting pohon yang ada di tengah jalan, lalu dia berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku akan singkirkan ranting ini dari kaum muslimin agar tidak menganggu mereka.’ Maka dia pun dimasukkan ke dalam surga.” (HR Muslim)

7. Membela Kehormatan Saudaranya di Saat Ketidakhadirannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ رَدَّ عَن عِرْضِ أَخِيهِ رَدَّ اللهُ عَن وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Barangsiapa membela harga diri saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan memalingkan wajahnya dari api neraka.” (Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ وَقَاهُ اللهُ شَرَّ مَا بَيْنَ لَحيَيْهِ وَ شَرَّ مَا بَيْنَ رِجْلَيْنِ دَخَلَ الجَنَّةَ
“Barangsiapa yang Allah lindungi dari keburukan apa yang ada di antara kedua rahangnya (yaitu mulut) dan keburukan yang ada di antara dua pahanya (yaitu kemaluannya), niscaya dia akan masuk surga.”(Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan disepakati oleh Syaikh al-Albani)

8. Menjauhi Debat Kusir Walaupun Benar

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam,
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR Abu Dawud dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani)

9. Berwudhu’ Lalu Shalat Dua Raka’at

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,”Tidaklah seorang muslim berwudhu’ lalu dia baguskan wudhu’nya, kemudian dia berdiri shalat dua raka’at dengan menghadapkan hatinya dan wajahnya pada kedua raka’at itu, melainkan surga wajib baginya.” (HR Muslim)

10. Pergi Shalat ke Masjid

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan untuk menuju masjid, mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda, “Barangsiapa yang pergi ke masjid atau pulang dari masjid, niscaya Allah akan persiapkan baginya nuzul di dalam surga setiap kali dia pergi dan pulang.”(HR Bukhari dan Muslim)
Imam an-Nawawi berkata, “Nuzul adalah makanan pokok, rizki dan makanan yang dipersiapkan untuk tamu.”
***
Rujukan:
-Nayef bin Mamduh Alu Su’ud, 175 Jalan Menuju Surga, Darul Ilmi Publishing 2011
-Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al-Wabil, Tanda-Tanda hari Kiamat, Pustaka Mantiq 1997